Surat Kecil Untuk Cinta
Wajahnya begitu ceria, seolah meninggalkan jejak perih dalam
kenangan batin ini. Senyumannya sungguh membuat sesak dadaku, seolah menjerit
dalam dinding kerongkonganku. Aku ingin melihatnya lagi Tuhan, aku ingin
bersamanya lagi Tuhan. Aku ingin melihat senyumannya lagi. Aku tak ingin
menyiakannya lagi Tuhan. Namun… semua terlambat. Dan semua takkan kembali
terulang untuk kedua kalinya.
***
“ tante yang sabar ya, titha janji. Bakalan selalu ada
setiap saat tante butuh. Kapanpun itu.” Ujarku pada tante irna yang terus saja
menangis. Tak tega ku melihat seorang ibu yang menangis karena kehilangan anak
semata wayangnya itu.
“ makasih ya tha’.” Tante irna mendekapku erat. Begitu jelas
menggambarkan kerinduan yang tak tertahankan kepada anak semata wayangnya itu.
“ aku kangen rian tante.” Ungkapku malah makin terisak.
Berusaha tenang dengan keadaan agar tante irna berhenti menangis, malah aku
yang semakin parah memecah suasana.
“ sabar ya tha’. Tante juga sama. Kangen banget sama rian.
Berat rasanya melepas kepergian dia, namun… Tuhan lebih sayang sama rian
dibandingkan tante. Tante menyesal dahulu selalu sibuk dengan
karir dan tidak perdulikan dia. Tante sangat menyesal.” Ungkap tante
irna.
Satu yang kudapat dari kenyataan ini adalah, jangan pernah sia-siakan orang yang ada di sampingmu. Karena sungguh mereka menyayangimu. Meski kau tak merasakannya atau mereka tunjukkan secara kasat mata. Do’a mereka meski kau tak dengar atau melihatnya, selalu sampai melalui Tuhan padamu.
Ku langkahkan kaki dari rumah rian, ketika tante irna telah
tenang. Aku tak menyangka semua akan terjadi seperti ini. Padahal banyak yang ing9n aku ceritakan pada rian
atas apa yang aku alami di Adelaide australy.
03-November-2012
Pagi ini ntah mengapa rasanya tak ingin aku bangun. Ingin
terus terlelap dan menutup mata. Kenyataan ini hampir buatku gila karena memikirkannya.
Tiba-tiba mamah mengetuk pintu kamar. Tok…tokk…tokk….
“ titha, kamu udah bangun nak?.” Tanya mamah seraya
memanggilku senyap-senyap terdengar.
“ ya mah.” Jawabku.
“ ada tante irna tuh nyariin kamu.” Ungkap mamah.
Sontak ku beranjak dari kasur, dan bergegas mandi. Ku rapihkan kamarku dan langsung menuju ruang
tamu. Ku lihat tante irna dan mamah sedang berbincang-bincang asyik ditemani
secangkir teh.
“tante.” Panggilku sambil menyunggingkan senyuman. Meski
mata bengkak karena menangis semalaman.
“kamu cantik banget tha’, pagi ini wajahmu ceria.” Puji
tante irna. Aku duduk di samping mamah.
“tante irna mau ngajak kamu pergi. Kmu mau kan sayang.”
ungkap mamah padaku. Aku mengangguk kemudian pamitan pada mamah dan papah.
Aku pergi dengan
tante irna ke sebuah tempat. Seperti sebuah pemakaman.
“ tante?.” Seribu Tanya menghantui pikiranku.
“rian bilang, pingin di jenguk sama kamu.” Ungkap tante irna
sambil tersenyum, tapi raut wajahnya menunjukkan bahwa dia benar-benar depresi.
“rian?.” Air mata ini menetes kembali, kala mengingatnya.
Senyumannya, canda tawa dan raut wajahnya yang lucu. Aku tak mengerti mengapa
secepat ini dia pergi meninggalkanku.
Sesampainya di depan makam rian, ku duduk di sampingnya
sambil mengelus-ngelus papan nisannya. Aku ingin menangis, hanya aku tak ingin
memberatkannya. Rasanya, ingin teriak dan mengadu semua yang aku lalui padanya.
Namun… aku hanya diam terpaku melihatnya
tenang dalam timbunan tanah yang menguburnya.
“ rian.” Sapa tante irna sambil menaburkan bunga di atas
makamnya.
Ingin ku menangis melihat tante irna seperti itu. Namun ku
bendung dalam-dalam air mata ini agar tak mengalir.
“rian, mamah kangen.” Ungkap tante irna, sambil terus
menaburkan bunga.
“rian.” Ucapanku tak mampu ku lanjutkan, karena air mata ini
terus memberontak keluar.
“rian, ada titha.” Ungkap tante irna. Aku hanya melihatnya
dengan tatapan kecewa dan marah.
“rian, mamah kangen. Mamah mau meluk kamu sayang. mamah mau
bercanda lagi sama kamu. Mamah kangen kamu nemenin mamah.” Ungkap tante irna
kemudian menangis. Ku rangkul dia, ku tenangkan hatinya. Meski hatiku sendiri meluap dan ingin meledak.
Rasanya ingin menangis dan marah. Namun, hanya bisa ku gigit bibir ini agar tak
menangis di depan tante irna yang sedang terpukul dan merindukan anaknya.
Ku teteskan air mata ini, dan ku tahan agar tak berderai. Ku
rasakan sesak di dada ini begitu menyiksa batinku.
“udah tante.” Ungkapku. Tante irna beranjak dari
rangkulanku.
“tante kangen tha’ sama rian.”ungkapnya sambil terus
menangis.
Aku pergi meninggalkannya. Tak sanggup lagi ku rasakan sesak
melihatnya seperti itu. Aku juga tante,aku sangat merindukan rian. Sangat,…
Aku duduk di bawah pohon bringin, menunggu tante
menghampiriku. Kulihatnya tersenyumdari jauh, kemudian memelukku.
“pulang yuk.” Ajak tante irna sambil terus tersenyum menatap
matahari.
“ tante, gak apa-apa kan?.” Tanyaku padanya sambil terus
menatapnya.
Tante menoleh kepadaku,dan menciumkeningku.
“tante gak apa-apa kok tha.” Ungkap tante.
Wanita ini tegar,setelah cerai dengan suaminya. Dia
kehilangan anaknya.hidupnya sendiri, dan kesepian.ku merasa iba padanya.
“tante.” Panggilku. Dia menoleh.
“aku sayang tante.”ungkapku. dia hanya tersenyum. Dan kami
pulang kerumahku.
Sepanjang jalan, ku lihat tante irna terus diam memandang
keluar jendela mobil. Aku mengendarainya sangat perlahan. Aku pun masih tak
percaya mengapa semua seperti ini.
Seperti mimpi, namu nyatanya semua adalah kenyataan.
Tante menyodorkan kotak bening yang berisi gulungan kertas
kecil yang di beri pita.
“dari rian.” Ungkap tante.
Aku hanya terdiam.
“ dan ini surat terakhirnya.” Tante memberikan semuanya
padaku.
Aku buka perlahan surat darinya, beramplopkan pink, dengan
pitawarna biri kesukaanku.
Ku mulai baca suratnya… tulisannya, familiar dalam benakku.
Namun.. ada sesuatu yang membuat hatiku perih melihat tulisannya. Ntah karena
ini terakhir kali aku melihatnya menulis untukku. Atau apa. Yang jelas ini adalah surat terakhir goresan
tangan seorang sahabat yang tak pernah tergantikan.
Dear Titha.Aku seolah berjalan di atas awan, ku kerahkan seluruh kecepatan untuk segera sampai menjemputmu yang mungkin memang sedang menunggu ku. Aku sahabatmu, yang akan setia di sampingmu kala kau membutuhkanku. Meski hanya sedikit harapan kecil di hatimu tersisa untukku. Bagiku… bersamamu adalah kisah lain dari sisi pedihnya hati yang dulu pernah aku alami. Dan mungkin kau telah melupakan semua itu perlahan seiring waktu berlalu. Tapi, maaf… aku tak bisa lagi menjemputmu, menemanimu, menjagamu dan menjadi pundak airmata kala itu terjatuh. Aku telah tiada mungkin nanti setelah kau kembali dari australy. Aku hanya bisa menitip seribu salam pada kotak kaca. Disana ku sisipkan surat kecilku untukmu, juga untuk tuhan. Ku ingin kau membacanya satu persatu ketika kau mendapatkannya dari tangan orang tuaku. Ku ingin kau membacanya satu pesatu hingga kau mendapatkan pendamping hidupmu yang mampu menggantikan aku untuk tetap menjagamu. Aku mencintaimu lebih dari seorang sahabat atau kakak bagimu. Aku mencintaimu tulus dari dalam hatiku untuk menjadi pendampingmu, yang menjagamu dan mencintaimu hingga akhir hayatku. Aku mencintaimu, sangatlah mencintaimu. Aku terus melihatmu, aku mendo’akan yang terbaik untukmu.Aku seolah berjalan diatas awan, ingin segera beranjak menjemput ketenangan. Aku seolah berjalan diatas awan. Ku ingin menyentuh pelangi kala hujan berhenti di sisi terangnya matahari. Aku seolah berjalan diatas awan, kala mentari terbenam inginku tahan agar tak segera berganti malam. Aku seolah berjalan diatas awan, mencoba menyentuhmu. Namun ku terlambat untuk memelukmu. Karena kau pun tlah pergi tinggalkan kenangan dalam anganku. Aku seolah berjalan di atas awan, kalaku mencintaimu. Tak ingin aku untuk kau mengetahuinya. Cukup ku berangan kau akan menjadi milikku. Sudah menjadi kebahagiaan dalam hidupku. ku ingin berjalan di atas awan, mencari cercah hatimu. Mengumpulkan dan menyambung memory kala kau melupakanku. Aku ingin berjalan diatas awan,agar kelak aku pergi ada jejak pipih tiap ku langkahkan kaki. Dan itu akan selalu kau ingat dalam hidupmu. Sebagai orang yang sangat berarti untukmu.SincerelyRian
Serentak ku langsung mencucurkan air mata, ntah karena sedih.atau
menyesal dalam batinku yang terus bergumam. “rian… rian…rian.” Tubuhku sontak
lemas hingga ku terjatuh dan tergeletak di lantai.
“rian.” Ungkapku sebelum akhirnya semua pandangan menjadi hitam.
Ntah mengapa semua terjadi seperti ini, aku pulang rian.aku
ingin memelukmu. Aku ingin bilang betapa aku sangat
merindukanmu. Aku ingin selalu didekatmu. Rian, aku tak mampu jauh dari mu.
Ku buka mata ini kala terasa cukup lama aku tak sadarkan diri. Aku
melihat sekelilingku, papah mamah yang
sangat khawatir, rara yang menangis tersedu-sedu, dan tante irna yang terlihat cemas dan tersenyum bahagia
kala aku telah tersadar.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar