Minggu, 18 November 2012

Skuc2

Surat Kecil Untuk Cinta


Wajahnya begitu ceria, seolah meninggalkan jejak perih dalam kenangan batin ini. Senyumannya sungguh membuat sesak dadaku, seolah menjerit dalam dinding kerongkonganku. Aku ingin melihatnya lagi Tuhan, aku ingin bersamanya lagi Tuhan. Aku ingin melihat senyumannya lagi. Aku tak ingin menyiakannya lagi Tuhan. Namun… semua terlambat. Dan semua takkan kembali terulang untuk kedua kalinya. 
***
“ tante yang sabar ya, titha janji. Bakalan selalu ada setiap saat tante butuh. Kapanpun itu.” Ujarku pada tante irna yang terus saja menangis. Tak tega ku melihat seorang ibu yang menangis karena kehilangan anak semata wayangnya itu.
“ makasih ya tha’.” Tante irna mendekapku erat. Begitu jelas menggambarkan kerinduan yang tak tertahankan kepada anak semata wayangnya itu.
“ aku kangen rian tante.” Ungkapku malah makin terisak. Berusaha tenang dengan keadaan agar tante irna berhenti menangis, malah aku yang semakin parah memecah suasana.
“ sabar ya tha’. Tante juga sama. Kangen banget sama rian. Berat rasanya melepas kepergian dia, namun… Tuhan lebih sayang sama rian dibandingkan tante. Tante menyesal dahulu selalu  sibuk dengan  karir dan tidak perdulikan dia. Tante sangat menyesal.” Ungkap tante irna.

Satu yang kudapat dari kenyataan ini adalah, jangan pernah sia-siakan orang yang ada di sampingmu. Karena sungguh mereka menyayangimu. Meski kau tak merasakannya atau mereka tunjukkan secara kasat mata. Do’a mereka meski kau tak dengar atau melihatnya, selalu sampai melalui Tuhan padamu.
Ku langkahkan kaki dari rumah rian, ketika tante irna telah tenang. Aku tak menyangka semua akan terjadi seperti ini. Padahal  banyak yang ing9n aku ceritakan pada rian atas apa yang aku alami di Adelaide australy.

03-November-2012
Pagi ini ntah mengapa rasanya tak ingin aku bangun. Ingin terus terlelap dan menutup mata. Kenyataan ini hampir buatku gila karena memikirkannya.
Tiba-tiba mamah mengetuk pintu kamar. Tok…tokk…tokk….
“ titha, kamu udah bangun nak?.” Tanya mamah seraya memanggilku senyap-senyap terdengar.
“ ya mah.” Jawabku.
“ ada tante irna tuh nyariin kamu.” Ungkap mamah.
Sontak ku beranjak dari kasur, dan bergegas mandi.  Ku rapihkan kamarku dan langsung menuju ruang tamu. Ku lihat tante irna dan mamah sedang berbincang-bincang asyik ditemani secangkir teh.
“tante.” Panggilku sambil menyunggingkan senyuman. Meski mata bengkak karena menangis semalaman.
“kamu cantik banget tha’, pagi ini wajahmu ceria.” Puji tante irna. Aku duduk di samping mamah.
“tante irna mau ngajak kamu pergi. Kmu mau kan sayang.” ungkap mamah padaku. Aku mengangguk kemudian pamitan pada mamah dan papah.
Aku pergi dengan  tante irna ke sebuah tempat. Seperti sebuah pemakaman.
“ tante?.” Seribu Tanya menghantui pikiranku.
“rian bilang, pingin di jenguk sama kamu.” Ungkap tante irna sambil tersenyum, tapi raut wajahnya menunjukkan bahwa dia benar-benar depresi.
“rian?.” Air mata ini menetes kembali, kala mengingatnya. 

Senyumannya, canda tawa dan raut wajahnya yang lucu. Aku tak mengerti mengapa secepat ini dia pergi meninggalkanku.
Sesampainya di depan makam rian, ku duduk di sampingnya sambil mengelus-ngelus papan nisannya. Aku ingin menangis, hanya aku tak ingin memberatkannya. Rasanya, ingin teriak dan mengadu semua yang aku lalui padanya. Namun…  aku hanya diam terpaku melihatnya tenang dalam timbunan tanah yang menguburnya. 

“ rian.” Sapa tante irna sambil menaburkan bunga di atas makamnya.
Ingin ku menangis melihat tante irna seperti itu. Namun ku bendung dalam-dalam air mata ini agar tak mengalir.
“rian, mamah kangen.” Ungkap tante irna, sambil terus menaburkan bunga.
“rian.” Ucapanku tak mampu ku lanjutkan, karena air mata ini terus memberontak keluar.
“rian, ada titha.” Ungkap tante irna. Aku hanya melihatnya dengan tatapan kecewa dan marah.
“rian, mamah kangen. Mamah mau meluk kamu sayang. mamah mau bercanda lagi sama kamu. Mamah kangen kamu nemenin mamah.” Ungkap tante irna kemudian menangis. Ku rangkul dia, ku tenangkan hatinya. Meski  hatiku sendiri meluap dan ingin meledak. Rasanya ingin menangis dan marah. Namun, hanya bisa ku gigit bibir ini agar tak menangis di depan tante irna yang sedang terpukul dan merindukan anaknya.
Ku teteskan air mata ini, dan ku tahan agar tak berderai. Ku rasakan sesak di dada ini begitu menyiksa batinku.
“udah tante.” Ungkapku. Tante irna beranjak dari rangkulanku.
“tante kangen tha’ sama rian.”ungkapnya sambil terus menangis.
Aku pergi meninggalkannya. Tak sanggup lagi ku rasakan sesak melihatnya seperti itu. Aku juga tante,aku sangat merindukan rian. Sangat,…
Aku duduk di bawah pohon bringin, menunggu tante menghampiriku. Kulihatnya tersenyumdari jauh, kemudian memelukku.
“pulang yuk.” Ajak tante irna sambil terus tersenyum menatap matahari.
“ tante, gak apa-apa kan?.” Tanyaku padanya sambil terus menatapnya.
Tante menoleh kepadaku,dan menciumkeningku.
“tante gak apa-apa kok tha.” Ungkap tante.
Wanita ini tegar,setelah cerai dengan suaminya. Dia kehilangan anaknya.hidupnya sendiri, dan kesepian.ku merasa iba padanya.
“tante.” Panggilku. Dia menoleh.
“aku sayang tante.”ungkapku. dia hanya tersenyum. Dan kami pulang kerumahku.
Sepanjang jalan, ku lihat tante irna terus diam memandang keluar jendela mobil. Aku mengendarainya sangat perlahan. Aku pun masih tak percaya mengapa semua seperti ini.
Seperti mimpi, namu nyatanya semua adalah kenyataan.
Tante menyodorkan kotak bening yang berisi gulungan kertas kecil yang di beri pita.
“dari rian.” Ungkap tante.                                                                                                                
Aku hanya terdiam.
“ dan ini surat terakhirnya.” Tante memberikan semuanya padaku.
Aku buka perlahan surat darinya, beramplopkan pink, dengan pitawarna biri kesukaanku.
Ku mulai baca suratnya… tulisannya, familiar dalam benakku. Namun.. ada sesuatu yang membuat hatiku perih melihat tulisannya. Ntah karena ini terakhir kali aku melihatnya menulis untukku. Atau apa. Yang  jelas ini adalah surat terakhir goresan tangan seorang sahabat yang tak pernah tergantikan.
Dear Titha.
Aku seolah berjalan di atas awan, ku kerahkan seluruh kecepatan untuk segera sampai menjemputmu yang mungkin memang sedang menunggu ku. Aku sahabatmu, yang akan setia di sampingmu kala kau membutuhkanku. Meski hanya sedikit harapan kecil di hatimu tersisa untukku. Bagiku… bersamamu adalah kisah lain dari sisi pedihnya hati yang dulu pernah aku alami. Dan mungkin kau telah melupakan semua itu perlahan seiring waktu berlalu. Tapi, maaf… aku tak bisa lagi menjemputmu, menemanimu, menjagamu dan menjadi pundak airmata kala itu terjatuh. Aku telah tiada mungkin nanti setelah kau kembali  dari australy. Aku hanya bisa menitip seribu salam pada kotak kaca. Disana ku sisipkan surat kecilku untukmu, juga untuk tuhan. Ku ingin kau membacanya satu persatu ketika kau mendapatkannya dari tangan orang tuaku.  Ku ingin kau membacanya  satu pesatu hingga kau mendapatkan pendamping hidupmu yang mampu menggantikan aku untuk tetap menjagamu. Aku mencintaimu lebih dari seorang sahabat atau kakak bagimu. Aku mencintaimu tulus dari dalam hatiku untuk menjadi pendampingmu, yang menjagamu dan mencintaimu hingga akhir hayatku.  Aku mencintaimu,  sangatlah mencintaimu. Aku terus melihatmu,  aku mendo’akan yang terbaik untukmu.
Aku seolah berjalan diatas awan, ingin segera beranjak menjemput ketenangan. Aku seolah berjalan diatas awan. Ku ingin menyentuh pelangi kala hujan berhenti di sisi terangnya matahari. Aku seolah berjalan diatas awan, kala mentari terbenam inginku tahan agar tak segera berganti malam. Aku seolah berjalan diatas awan, mencoba menyentuhmu. Namun ku terlambat untuk memelukmu. Karena kau pun tlah pergi tinggalkan kenangan dalam anganku. Aku seolah berjalan di atas awan, kalaku mencintaimu. Tak ingin aku untuk  kau mengetahuinya. Cukup ku berangan kau akan menjadi milikku. Sudah menjadi kebahagiaan dalam hidupku. ku ingin berjalan di atas awan, mencari cercah hatimu. Mengumpulkan dan menyambung memory kala kau melupakanku. Aku ingin berjalan diatas awan,agar kelak aku pergi ada jejak pipih tiap ku langkahkan kaki. Dan itu akan selalu kau ingat dalam hidupmu. Sebagai orang yang sangat berarti untukmu. 
Sincerely
Rian
Serentak ku langsung mencucurkan air mata, ntah karena sedih.atau menyesal dalam batinku yang terus bergumam. “rian… rian…rian.” Tubuhku sontak lemas hingga ku terjatuh dan tergeletak di lantai.

“rian.” Ungkapku sebelum akhirnya semua pandangan menjadi hitam.

Ntah mengapa semua terjadi seperti ini, aku pulang rian.aku ingin  memelukmu.  Aku ingin bilang betapa aku sangat merindukanmu. Aku ingin selalu didekatmu. Rian, aku tak mampu jauh dari mu.
Ku buka mata ini kala terasa cukup lama aku tak sadarkan diri. Aku melihat sekelilingku,  papah mamah yang sangat khawatir, rara yang menangis tersedu-sedu, dan tante irna  yang terlihat cemas dan tersenyum bahagia kala aku telah tersadar.
 ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar